Banda Neira, salah satu pulau terindah di Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, menyimpan keindahan alam dan sejarah. Di pulau yang disebut juga Banda Naira ini Muhammad Hatta atau Bung Hatta, Sultan Syahrir, dan Cipto Mangunkusumo pernah diasingkan. Dulunya Banda Neira juga menjadi pusat perdagangan pala dan fuli (bunga pala), rempah-rempah yang bernilai tinggi pada pertengahan abad ke-19 sehingga menjadi rebutan para kolonial.
Pesona Banda Neira sudah tersohor hingga ke penjuru dunia, bahkan menjadi destinasi wisata tertua di Indonesia. Banda Neira terdiri dari 13 pulau kecil yang dihubungkan dengan jalan aspal ke semua pulau. Wisatawan dapat menjelajahinya dengan berjalan kaki selama tiga jam.
Perjalanan di Banda Neira, membawa wisatatawan dekat dengan sejarah karena masih banyak bangunan-bangunan peninggalan Belanda, mulai dari dermaga, bandara hingga kantor. Tempat-tempat bersejarah yang bisa dikunjungi di Banda Neira adalah Benteng Belgica, Gereja tua Hollandische Kerk, rumah budaya dan istana mini.
Benteng Belgica adalah benteng VOC yang dibangun di atas sebuah bukit dengan ketinggian 30 meter di atas permukaan laut, yang berada di sebelah barat daya Pulau Neira. Benteng Belgica dibangun dengan gaya bangunan persegi lima, yang jika dilihat dari berbagai penjuru akan terlihat empat buah sisi. Kontruksi benteng terdiri dari dua lapis bangunan, yang untuk memasukinya harus menaiki anak tangga.
Di bagian tengah benteng ada ruang terbuka luas untuk para tahanan. Di tengah ruang terbuka tersebut ada dua buah sumur rahasia, yang katanya menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai. Benteng dibangun tahun 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Bot ini, wisatawan bisa menikmati pulau-pulau di sekitar Pulau Neira, yaitu Pulau Banda Besar, Gunung Api, serta birunya laut Banda.
Sementara Istana Mini Neira dulunya menjadi tempat tinggal Gubernur VOC. Di depan istana terhampar pantai biru yang jernih dan Pulau Banda Besar. Di sekitarnya dibangun rumah-rumah berukuran besar tempat tinggal petinggi Eropa yang datang ke Banda. Menelusuri Banda seperti menyusuri jalan-jalan di Eropa karena banyak bangunan berarsitektur Eropa.
Pulau cantik ini menyimpan warisan Rumah Budaya Banda Neira. Di rumah budaya ini terdapat barang-barang peninggalan VOC seperti meriam dan lukisan situasi zaman itu. Di ruang utama museum tergantung lukisan raksasa yang menceritakan pembantaian orang-orang terpandang di Banda. Ada lagi kelenteng Tionghoa, Kelenteng Sun Tien Kong yang artinya Rumah Kuasa Tuhan. Kelenteng berwarna kuning ini telah berusia sekitar 300 tahun, yang didirikan oleh tukang bangunan dari China.
Di Banda terdapat Gunung Api Banda merupakan gunung berapi serta sebuah pulau yang terletak di Laut Banda, dengan tinggi 656 meter di atas permukaan laut. Di Pulau Banda Gunung Api ini terdapat 23 spesies burung endemic Kepulauan Banda. Sejak tahun 1992, Pulau Banda Gunung Api seluas 734,46 hektar ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam. Di pulau ini wisatawan dapat melakukan aktivitas trekking, hiking, dan snorkeling.
Ketika di Banda Neira, kunjungi juga pulau-pulau lain di sekitarnya seperti Pulau Hatta dan Pulau Run. Keindahan sunset di Pulau Hatta bakal mengundang decak kagum wisatawan. Di Pulau yang dulunya bernama Pulau Rozengain ini ada rumah pengasingan Bung Hatta.
Sementara Pulau Run sejak beberapa abad lalu dikenal pedagang Arab sebagai tujuh samudera, karena merupakan daerah perairan menawan di ujung dunia yang udaranya beraroma rempah. Di tahun 1616, Inggris menguasai Pulau Run. Di pulau terkecil di Banda yang memiliki panjang 3,2 kilometer dan lebar 1 kilometer, Inggris membentuk English East India Company dan mencanangkan kolonialisme Inggris.
Di Banda Neira, wisatawan juga bisa menikmati keindahan bawah laut sembari ber-snorkeling. Spot snorkeling terbaik adalah Lava Flow atau di dermaga Banda Neira. Di spot tersebtu ada hamparan terumbu karang, serta keanekaragaman flora-fauna yang memukau. Di Pulau Run dan Pulau Nailaka, wisatawan bisa melakukan aktivitas island hopping, jelajahi pulau dan snorkeling.
Snorkeling dan diving juga dapat dilakukan di Pulau Ay. Pulau yang lokasinya di sebelah barat Kepulauan Banda menjadi tempat snorkeling terbaik di Laut Banda. Kegiatan serupa dapat dilakukan di Pulau Lonthoir atau disebut juga Pulau Banda Besar. Di Lonthoir, wisatawan juga dapat melakukan aktivitas spice tour (rempah-rempah) dan mengambil foto panorama Gunung Berapi dari atas bukit di Desa Lonthoir.
Ketika di Banda Neira, jangan lupa mencicipi makanan khas Maluku dan Papua, yakni Papeda. Papeda adalah bubur sagu yang kaya serat dan rendah kolesterol, disajikan dengan ikan tongkol atau bubara yang dibumbui kuntit. Wisatawan juga dapat menikmati manisan pala dengan tekstur empuk dan rasa manis, yang juga bisa dijadikan buah tangan.
Waktu terbaik mengunjungi Banda Neira di bulan April hingga Juni, serta September hingga November. Di bulan Oktober dan November setiap tahunnya ada atraksi kesenian atau festival tahunan di Banda. Bulan Oktober dan awal November merupakan musim terbaik saat di Banda Neira, karena cuacanya cerah dengan omak tenang dan bersahabat. Sementara bulan terburuk adalah Mei-Juli karena ombak laut sedang tinggi.
Untuk menuju Banda Neira, wisatawan bisa terbang dari berbagai kota di tanah air menuju Bandara Pattimura, Ambon, Maluku. Maskapai yang melayani penerbangan ke Ambon seperti Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, Lion Air, Sriwijaya Air, Nam Air, Batik Air dan Wings Air. Penerbangan selama 3 jam ini biasanya transit di Makassar, Sulawesi Selatan. Dari Ambon, lanjutkan perjalanan dengan pesawat perintis seperti maskapai Susi Air, yang terbang dua kali seminggu ke Banda Neira. Maskapai Dimonim juga melayani penerbangan dari Ambon menuju Banda Neira.
Moda transportasi lain menggunakan kapal laut dari Pelabuhan Tulehu, Ambon menuju Banda Neira. Ada tiga alternatif, yaitu pertama dengan kapal cepat Express Bahari setiap hari Selasa dan Sabtu pukul 09.00 WIT, dengan lama penyebrangan 6-7 jam. Alternatif kedua menggunakan Kapal Pelni seperti Kapal Nggapulu atau Kapal Leuser, dengan lama perjalanan 10-12 jam. (*)