BOROBUDUR, CANDI BUDHA TERBESAR DI DUNIA

Candi Borobudur, salah satu keajaiban dunia menjadi destinasi wisata Bali Baru. Candi yang merupakan candi Budha terbesar di dunia ini terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 41 km dari Kota Yogyakarta dan 91 km dari Kota Semarang. Lokasi Candi Borobudur diapit oleh dua pasang gunung, yakni Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, serta Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Kemegahan arsitektur Candi Borobudur, dengan luas area dan sejarahnya, membuat UNESCO menetapkan Candi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya dunia. Candi Budha terpenting di dunia ini memiliki luas lahan sekitar 15;130 meter persegi. Tempat wisata Candi Borobudur memiliki ketinggian 35 meter. Ketinggian tersebut tidak lepas dari tata bangunan candi yang terinspirasi dari ajaran Budha.

Berdasarkan Prasasti Karang Tengah, Candi Borobudur dibangun pada tahun Caka 746 atau 824 Masehi, yang dimulai pada masa pemerintahan Raja Samaratungga. Candi ini merupakan bentuk persembahan bagi Dewa Indra, dirancang oleh arsitektur Gunadharma.

Nama Borobudur berasal dari dua kata, yakni Bhara dan Budur. Bhara berarti arrama atau biara, sementara Budur berasal dari Bahasa Bali “Beduhur” yang artinya di atas. Jika diterjemahkan artinya adalah biara yang terdapat di atas bukit. Pendapat lain nama Borobudur diambil dari kata yang terdapat dalam Prasasti Karang Tengah, yakni Bhumibharambarabhudhara. Artinya, tempat pemujaan nenek moyang untuk arwah para leluhur.

Candi megah ini pernah terkubur akibat letusan Gunung Merapi, lalu ditemukan kembali saat Jawa berada di bawah kendali Inggris, dengan pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Sir Stamford Raffles pada tahun 1814. Pada tahun 1973 pemerintah Indonesia mengajukan permintaan untuk pemugaran peninggalan sejarah ini ke dunia internasional. Pemugaran berlangsung dari tahun 1975 hingga 1982.

Candi Borobudur menjadi daya tarik bagi wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara. Bahkan, menjadi salah satu tempat keagamaan dan ziarah agama Budha di Indonesia. Daya tarik Candi Borobudur adalah kemegahan dan besarnya bangunan, yang berada di ketinggian. Selain itu, keindahan arsitektur seperti banyaknya relief atau ukiran dinding dan stupa.

Struktur bangunan Candi Borobudur bergaya mandala, yang melambangkan konsep alam semesta dalam kepercayaan Budha. Candi berbentuk kotak dengan empat pintu masuk dan pusat candi yang berbentuk lingkaran. Ada tiga zona dalam Candi Borobudur yang merupakan ajaran kosmologi Budha. Zona pertama adalah Kamadhatu, yang berupa 160 relief dinding dengan penjelasan Karmawibhangga Sutra, yang melambangkan alam dunia atau alam hawa nafsu. Bagian ini terhadap pada alas paling bawah, yang dulu sempat disebut ‘kaki yang tersembunyi’.

Di tahun 1885, bagian rahasia ini telah dibuka untuk umum sehingga sebanyak 160 relief yang menggambarkan tentang hukum karma bisa disaksikan. Bagian ini juga menceritakan tentang kegiatan masyarakat setempat jaman dulu seperti berlayar, bertani atau berdagang.

Zona kedua, Rupadhatu, yang terdiri dari ukiran relief dan patung Budha, kurang lebih 328 patung Budha dengan hiasan relief sebanyak 1.300 relief yang membentang sepanjang sekitar 2,5 km. Bangunan yang berbentuk segilima ini melambangkan alam peralihan, alam manusia terbebas dari urusan dunia yang penuh hawa nafsu ke dunia yang mengarah ke Tuhan. Rupadhatu adalah lorong-lorong kecil yang menghubungkan tingkat 1 sampai 4. Di setiap tingkat, terdapat stupa-stupa yang terdapat arca Budha yang sedang bertapa.

Zona ketiga, Arupadhatu, yakni zona lingkaran di pusat candi berupa tiga serambi yang mengarah pada kubah di bagian tengah. Di area ini tidak ada hiasan relief yang menandakan kemurnian tertinggi. Bagian puncak ini diartikan juga sebagai alam paling atau atau alam tanpa rupa, karena bila sudah mencapai alam ini diibaratkan manusia telah melepaskan semua hal yang bersifat duniawi.

Arupadhatu juga disebut sebagai alam tempat bersemayamnya para dewa. Dua kepercayaan tersebut dituangkan melalui arsitektur bangunan. Alam yang kosong ini dilukiskan dengan teras yang berbentuk bundar sebanyak 3 tingkat, yang semakin ke atas ukurannya menjadi semakin kecil. Terdapat stupa yang paling besar di puncak bangunan, yang menggambarkan dewa tertinggi menurut kepercayaan mereka.

Relief yang tergurat di tembok-tembok Borobudur sungguh menarik. Bagian bawah menggambarkan relief yang mengajarkan tentang karma, yang diambil dari ajaran agama Budha, agama yang dianut Raja Samaratungga. Terdapat juga relief yang menggambarkan tentang kelahiran Pangeran Sidharta, yang nantinya akan menjadi Budha. Di bagian Rupadhatu dan Arupadhatu terdapat relief seputar Manohara, Avadana, lalitavistara, Gandavyuha, Jataka dan Jatakamala.

Wisatawan dapat naik ke atas candi sembari menikmati keindahan alam, sekaligus mengenali kekayaan budaya. Daya tarik lain dari Candi Borobudur adalah menikmati panorama sunrise di puncak candi. Untuk itu sebaiknya datang ke Candi Borobudur saat dini hari. Untuk paket menikmati sunrise di Candi Borobudur untuk wisatawan domestik sebesar Rp 325 ribu (dewasa) dan Rp 162 ribu (anak-anak), sudah termasuk snack dan minuman.

Selain itu, di Candi Borobudur wisatawan bisa menikmati aktivitas unik safari gajah. Untuk menikmati safari gajah, harga paket mulai dari Rp 250 ribu per orang. Sementara hanya untuk menunggang gajah, berfoto atau memberi makan gajah tiketnya sebesar Rp 50 ribu per 10 menit. Di Candi Borobudur, wisatawan juga dapat bersepeda mengitari area, menikmati kuliner dan berbelanja oleh-oleh, serta naik kereta kelinci.

Di Candi Borobudur, wisatawan juga bisa belajar tentang sejarah berdirinya Candi Borobudur lewat museum arkeologi, yakni Museum Karmawibhanga dan Museum Samudraraksa. Di Museum Karmawibhanga wisatawan dapat belajar sejarah berdirinya Candi Borobudur di masa modern. Terdapat juga foto-foto tentang ‘bagian rahasia’ candi, penemuan purbakala di sekitar bangunan candi dan penjelasan tentang relief hukum karma yang ada di dinding situs.

Sementara di Museum Samudraraksa wisatawan dapat menyaksikan replika asli kapal Borobudur. Replica tersebut buatan teknisi kapal asal Inggris, Philip Beale, yang terinspirasi dari cerita di relief bangunan tersebut. Diduga itu adalah bagian jalur rempah dari Asia ke Afrika di masa itu.

Menuju Candi Borobudur, wisatawan dari berbagai daerah di tanah air dapat terbang menuju Bandara Internasional Adi Sucipto Yogyakarta ataupun bandara baru Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo, Yogyakarta. Saat ini bandara YIA juga menerima penerbangan internasional ke dan dari YIA.

Dari Bandara Adi Sucipto, wisatawan dapat menaiki bus DAMRI langsung menuju Borobudur. Jika menggunakan kendaraan pribadi atau sewa, menuju Candi Borobudur melewati rute jalan Yogya – Terminal Jombor – Magelang, pertigaan Palbapang – belok kiri ke arah Borobudur. (*)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *