MENIKMATI KEINDAHAN LAUT DAN GUNUNG VULKANIK DI JAILOLO

Teluk Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara menyimpan keindahan alam yang begitu memukau. Pesona Jailolo dapat dilihat mulai dari alam bawah laut, sensasi memanen pala dan cengkeh, hingga menikmati pemandangan tanjung perbukitan yang menjorok ke laut dari atas mercusuar dengan ketinggian 40 meter.   

Untuk menggaungkan pariwisata Teluk Jailolo, sejak tahun 2009 Pemkab Halmahera Barat mengadakan Festival Teluk Jailolo yang berlangsung di bulan Mei setiap tahunnya. Festival yang dilakukan untuk mengusung potensi wisata dan budaya ini  menampilkan beragam pagelaran seni dan budaya yang meriah di tepi teluk.

Melalui Festival Teluk Jailolo wisatawan dapat menikmati suguhan keindahan panorama laut dan pertunjukan seni budaya yang meriah di tepi Teluk Jailolo. Di kawasan Taman Festival Jailolo, tepatnya di Pelabuhan Jailolo, terdapat Patung Saloi, landmark Kota Jailolo.

Berpetualang di Teluk Jailolo amat seru. Dimulai dari Pulau Babua dan kampung-kampung pinggir pantai. Menjelajahi Jailolo tak sekadar teluk dan laut, tetapi juga dari pesisir. Perbukitan hingga Gunung Jailolo sangat menarik untuk dieksplorasi. Selanjutnya dilanjutkan dengan menyelaman di titik-titik selam yang memiliki panorama dan keunikan yang luar biasa.

Pulau Babua merupakan pulau kecil yang terletak di dalam teluk, yang bisa dibilang sebagai tempat keramat orang Jailolo. Lokasinya sekitar 15 menit dari Dermaga Jailolo, dikelilingi Pulau Ternate, Pulau Jailolo dan Pulau Tidore. Pulau tak berpenghuni ini memiliki air laut biru, serta menjadi destinasi favorit untuk snorkeling dan diving. Di Pulau ini secara turun-temurun dijaga adat yakni menaruh sesajen di atas perbukitan Babua yang tersusun dari batu-batu hitam berukuran besar.

Di Pulau Babua terdapat makam keramat, yang dinamakan Jere oleh masyarakat setempat. Pulau Babua terbentuk dari karang hitam dengan tinggi belasan meter, diyakini menjadi tempat bersemayam para leluhur Jailolo yang dianggap sebagai kaum aulia. Dikisahkan masyarakat setempat ketika Raja Ternate, pemimpim kerajaan tetangga, masuk ke Jailolo, harus mengitari Pulau Babua sebanyak tiga kali agar tidak dilanda badai.

Salah satu desa wisata di Pulau Babua adalah Desa Guaeria dan Desa Bobonehena. Desa Bobonehena memiliki pantai berpasir putih yang indah serta sumber air panas. Di desa ini wisatawan juga dapat menikmati wisata religi dengan mengikuit kegiatan para penghapal Al-Qur’an. Sementara di Desa Guaeria yang terletak sekitar 20 menit penyeberangan dari Jailolo, wisatawan dapat mengikuti aktivitas keseharian masyarakat desa dan tinggal bersama di rumah penduduk. Di desa ini, wisatawan tidak boleh merokok.

Selain itu, gunung vulkanik Gunung Jailolo juga menarik untuk disinggahi. Wisatawan juga dapat trekking selama 45 menit menuju mercusuar Tanjung Bobo dengan ketinggian sekitar 180 meter di atas permukaan laut. Selama jalur trekking menuju mercusuar, wisatawan akan menapaki jalan setapak, yang di sekitarnya banyak tanaman pala dan cengkeh. Setelah trekking nikmati berendam air panas alami dari gunung di Desa Bobo agar rasa penat hilang.

Pantai Bobo yang lokasinya 20 menit dari Pelabuhan Jailolo memiliki keunikan, yakni pantai dengan air hangat. Perairan hangat timbul karena adanya panas bumi yang muncul dari dasar perairan tersebut. Tidak jauh dari Pantai Bobo ada Panyai Arugasi yang memiliki pemandangan langit yang begitu luar biasa saat senja.

Pantai Arugasi memiliki ombak tenang karena pada jarak sekitar 60 meter dari garis pantai terdapat kontur pasir yang membatasi ombak. Sembari berjalan kaki menyusuri jalan setapak menuju Pantai Arugasi, wisatawan dapat menikmati keindahan pantai dengan langit yang eksotis.

Jailolo, serta Pulau Halmahera dan sekitarnya juga merupakan pusat keanekaragaman hayati bagi terumbu karang. Dari sisi sejarah, Jailolo merupakan negeri maritim yang sempat berjaya serta memiliki budaya memikat. Ada titik selam Tanjung Gigi Gurano, Teluk Jailolo.

Di titik selam Tanjung Gigi Gurano dapat ditemui crocodile flathead atau ikan muka datar buaya. Ikan yang termasuk keluarga Platycephalildae ini hidup dalam kedalaman sekitar 10 meter. Keberadaan biota yang menyamarkan tubuhnya dengan lingkungan sekitar ini tersebar hingga Perairan Filipina, Borneo, Palau hingga wilayah negara Mikronesia.

Sementara di titik selam Pastofiri, Jailolo, penyelam bisa memanggil hiu. Caranya dengan meremas-remas botol plastik PET menjadi pipih. Di kedalaman lebih dari 20 meter di bawah permukaan laut, di satu rataan pasir yang bertebaran patahan karang, hiu dipanggil dengan suara gesekan botol air mineral. Tidak lama hiu bakal datang, seperti ikan hiu jenis blacktip atau sirip hitam yang hidup dalam perairan Jailolo. Di perairan ini juga ada ikan pari dan manta, yang termasuk kategori ikan bertulang lunak.

Titik selam Pastofiri terletak di sekitar Pulau Pastofiri. Pulau Pastofiri merupakan pulau tidak berpenghuni dengan luas tidak lebih dari 1 kilometer persegi. Pulau dengan jarak sekitar 33 kilometer dari Jailolo ini memiliki perairan dengan air laut bening dengan beragam spesies ikan dan terumbu karang.

Bila hanya ingin menikmati keindahan pantai dan pulau sembari bersantai wisatawan bisa mengunjungi Pantai Lako Akediri. Lokasinya tidak jauh dari Teluk Jailolo, dengan pesisir yang menjadi tempat hidup tumbuhan bakau. Hutan bakau mengular sepanjang 2 km bermuara di Pantai Lako Akediri, yang menjadi titik terbaik menikmati matahari tenggelam.

Ketika berada di Jailolo, sempatkan berkunjung ke Pulau Bobahena yang dikenal masyarakat sebagai Pantai Galau atau Tanjung Kenangan. Pasalnya, pantai indah ini memiliki pemandangan yang mampu mengusir kegalauan dan memberikan kenangan indah.

Bila ingin menikmati pemandangan Gunung Jailolo, Gunung Gamalama, dan Gunung Tidore secara bersamaan, datanglah ke Pantai Tuada. Pantai yang terletak tidak jauh dari Kota Jailolo menjadi spot favorit untuk menikmati senja. Pantai ini memiliki pasir putih, serta pohon kelapa dan hutan mangrove.

Pantai Idamdehe juga merupakan pantai vulkanik yang berada di Desa Idamdehe. Aliran air di pantai ini panas terutama laut bagian utara, yang panasnya berasal dari panas bumi. Sedangkan di bagian selatan air lautnya terasa dingin. Untuk mencapai Pantai Idamdehe, wisatawan harus menempuh perjalanan sejauh 12 kilometer dari pusat Kota Jailolo.

Jailolo juga menyimpan keindahan alam mangrove. Untuk itu, jelajahi hutan mangrove Gamtala, yang berlokasi di Desa Gamtala, seluas 12 hektar yang dikenal dengan keelokannya. Mangrove menjulang di sisi sungai, serta menggantung di atas permukaan laut. Di sela-sela pohon mangrove terdapat tumbuhan nipah.

Kehadiran hutan ini menjadi peneduh cuaca panas Jailolo, kota kecil yang letaknya tidak jauh dari garis khatulistiwa. Menyusuri hutan saat senja melalui aliran sungai kecil yang membelah kerimbunan pepohonan menaiki perahu kayu menjadi pengalaman tak terlupakan. Suasana sejuk dengan cicit burung maleo atau kakatua sepanjang perjalanan 1,5 kilometer.

Saat menelusuri mangrove, satu jembatan kayu berdiri di atas aliran sungai, sebagai tanda air sungai segera bertemu gelombang Laut Maluku. Ketika berada di Desa Gamtala wisatawan dapat menikmati hangatnya air yang mengalir dari kaki Gunung Sahu, salah satu gunung berapi di Halmahera Barat.

Di kawasan Jailolo, wisatawan juga dapat menikmati aspek kebudayaan berupa rumah adat asli masyarakat Halmahera Barat, yaitu Rumah Adat Sasadu yang masih berdiri utuh. Ada tujuh suku yang hidup di bawah Kesultanan Jailolo, yakni Suku Gorap, Suku Sahu, Suku Jailolo, Suku Motiloa, Suku Wayolo, Suku Laloda, dan Suku Tabaru.

Banyaknya suku, membuat daerah Jailolo kaya akan ritual. Tiga ritual rutin yang dilakukan masyarakat Teluk Jailolo adalah Orom Sasadu, Sigofi Hohu dan Segofi Ngolo. Orom Sasadu merupakan ritual makan bersama di satu meja panjang sebagai tanda syukur atas berkah ladang dan laut dari alam. Setelah makan semua tamu menari dengan riang diiringi musik tradisional, seperti tarian Cakalele, Soya-soya, Legu Sarai, musik Yanger, Tataruba, dan Sara Dabi-dabi.

Sigofi Hohu merupakan ritual “bersih-bersih” lautan yang selama ini menjadi tempat mencari rezeki. Masyarakat Teluk Jailolo akan menumpang perahu dan melarung berbagai persembahan untuk alam. Sedangkan ritual Segofi Ngolo masih bertema mengucap rasa syukur, namun lebih kepada meminta izin kepada alam agar diberi restu saat melaut. 

Untuk mengunjungi Teluk Jailolo, wisatawan dapat melalui jalur udara menuju Bandara Sultan Baabullah di Ternate, ibukota Maluku Utara. Pesawat yang melayani rute Jakarta-Ternate adalah Garuda Indonesia, Lion Air dan Sriwijaya Air. Rute tersebut tersedia 9 kali sehari, dengan lama perjalanan 3,5 jam. Bisa juga terbang dari Jakarta menuju Makassar, lalu dilanjutkan dengan jalur laut dari Pelabuhan Dufa-dufa menuju Jailolo menggunakan kapal cepat selama satu jam perjalanan. (*)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *