Kepulauan Wakatobi adalah salah satu primadona bagi para penyelam di seluruh dunia. Setidaknya ada 40 spot menyelam kelas dunia yang fantastis di Wakatobi, sehingga pakar kelautan Jacques Cousteau menjulukinya dengan lokasi diving terbaik di dunia, world class diving site. Keindahan Wakatobi diakui melalui anugerah Best Resort and Spa dari Dive’s Magazine Travel Award di peringat ketiga.
Wakatobi terletak di Kabupaten Wakatobi, Pulau Wangi-Wangi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sejak tahun 1996, Wakatobi telah ditetapkan menjadi tanam nasional Indonesia dan cagar alam dunia untuk biosfer laut oleh UNESCO. Nama Wakatobi diambil dari akronim empat pulau utamanya, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Selain keempat pulau, di wilayah Wakatobi terdapat Pulau Hoga, Kapota, Anano dan Rundumala.
Bagi para penyelam, Wakatobi adalah surga, the little of paradise in the world. Keindahan bawah lautnya sungguh spektakular. Ada sekitar 942 spesies ikan dan 750 spesies koral yang menghuni perairan Wakatobi dari 850 spesies koral yang ada di dunia. Selain itu ada nudibranch yang berwarna-warni, keindahan kuda laut pygmy yang tinggal di antara terumbu karang, sehingga setiap kali menyelam memperoleh pengalaman yang berbeda.
Wakatobi juga memiliki ‘tamu’ setia yang menjadikan Taman Nasional Wakatobi sebagai taman bermainnya, yakni ikan paus sperma. Kawanan ikan paus ini terlihat di bulan November, ketika perairan Wakatobi lebih hangat daripada laut di belahan bumi lain. Ada juga ikan pari manta yang hanya ditemukan di perairan tropis.
Dikelilingi pantai sepanjang 600 km, Taman Laut Wakatobi dijuluki surganya macro-diving photography. Selain diving, Wakatobi menjadi tempat sempurna untuk snorkeling. Pasalnya, Wakatobi memiliki terumbu karang yang panjang, serta taman-taman koral yang mempesona di perairan dangkal.
Hampir di seluruh wilayah perairan Wakatobi bisa dijadikan tempat menyelam maupun snorkeling, tapi yang terpopular adalah Onemohute di Wangi-Wangi dan Roma’s Reef di Tomia. Roma’s Reef merupakan salah satu nama gugusan karang yang terkenal paling ‘sibuk’ dibandingkan karang lainnya.
Di bawah kedalaman 15-25 meter Roma’s Reef, penyelam dapat menyaksikan warna-warni terumbu karang dan barisan ikan berenang secara teratur, serta hewan-hewat laut indah lainnya. Spot ini cocok bagi penyelam yang baru belajar diving.
Lokasi diving menarik lainnya di Tomia adalah Cornucopia dan Coral Garden. Di Tomia, wisatawan bisa berkunjung ke Pantai Hu’untete dan Pulau Nda’a. Nda’a merupakan sebuah pulau tidak berpenghuni yang berjarak sekitar 40 menit naik boat dari Desa Kulati atau pusat kota Waha, yang dikelilingi oleh hamparan pasir halus berwarna putih dan air sejernih kristal. Di Pulau ini, wisatawan dapat berjemur, piknik, berenang ataupun snorkeling.
Sementara Pantai Hu’untete merupakan pantai terpanjang yang lokasinya paling sulit dicapai. Pantai ini sungguh eksotis dengan komposisi pasir putih, tebing-tebing dan batu karang, serta barisan pohon kelapa.
Bagi wisatawan yang hanya ingin menikmati pemandangan, bisa melakukan snorkeling atau sekadar bercengkerama dengan lumba-lumba yang kerap muncul ke permukaan dengan decita mereka yang antusias. Tempat terbaik untuk melihat lumba-lumba berenang, melompat dan ‘menari’ di alam bebas adalah Pelabuhan Mola Raya, yang dapat dicapai dalam waktu 20 menit dengan perahu sewaan dari Kota Wanci, Wangi-Wangi.
Di Pantai Pulau Hoga, wisatawan dapat menikmati pasir putih yang lembut dan air laut yang bening. Dibandingkan pulau lainnya, laut di Pulau Hoga lebih tenang. Lokasinya hanya dipisahkan oleh selat kecil dengan Pulau Kaledupa. Dengan menginap di Hoga Dive Resort, wisatawan dapat menikmati sensasi pantai yang seolah milik sendiri. Dengan listrik yang hanya hidup dari pukul 18.00 hingga 00.00 WIT, wisatawan tetap dapat menikmati pantai yang luar biasa indahnya.
Wisatawan juga dapat berkunjung ke Pulau Seribu Penyu di Pantai Pulau Anano, sebuah pulau kecil tidak berpenghuni di Waakatobi. Pulau ini merupakan lokasi koloni penyu hijau dan penyu sisik untuk bertelur. Selain itu, pantainya sangat indah dengan pasir putih halus dan air pantai yang bening. Pemandangan –sunset-nya juga sangat memukau.
Selanjutnya wisatawan dapat bermain air di Pantai Cemara, yang lokasinya tidak jauh dri pusat kota Pulau Wangi-Wangi. Wisatawan juga dapat mengunjungi Pantai Taduno, pantai tersembunyi yang letaknya di ujung tanjung Pulau Kaledupa, Desa Sombano, Kecamatan Kaledupa. Pantai dengan garis pantai sepanjang 400 meter ini menyimpan pesona alam berupa pasir putih dan hamparan lautan berwarna biru terang. Di sore hari, wisatawan dapat menikmati sunset bersama berbagai jenis burung yang beterbangan, serta pemandangan hutan mangrove.
Di Wakatobi, wisatawan dapat menikmati kekayaan alam, budaya, serta keramahtamahan penduduk. Wisatawan dapat berkunjung ke Desa Pajam, Pulau Kaledupa, desa tertua perajin tenun khas Wakatobi dan cinderamata eksotis. Ini adalah desa tertua di Wakatobi yang diyakini sebagai tempat asal muasal peradaban Kerajaan Kaledupa. Di Desa Pajam, wisatawan bisa melihat beberapa gadis belajar menenun bersama ibunya menjelang penikahan atau usia 20 tahunan. Selain itu, wisatawan dapat melihat obyek wisata Benteng Palea, yang dibangun pada masa pemerintahan Kesultanan Buton pada pertengahan abad XVI tahun 1531.
Jangan lewatkan mengunjungi Puncak Jamakara di kawasan Pajam, Kaledupa. Lokasinya sekitar 30 menit dari Desa Ambeua Raya. Menuju puncak, wisatawan harus berjalan kaki dari batas Desa Wadur karena melewati Benteng Palea. Wisatawan dilarang menggunakan busana warna mencolok di hari-hari tertentu, serta tidak menggunakan payung dan berbicara dengan suara keras.
Sementara di pesisir pantai Pulau Kaledupa, wisatawan dapat menemui perkampungan Bajo Sampela, yang didiami oleh Suku Bajo. Suku Bajo dikenal dengan sea gypsies karena merupakan suku pengembara laut tertua di Wakatobi. Ada sekitar 3.000 warga yang menetap di rumah-rumah apung terbuat dari kayu di desa yang berjarak sekitar 3 km dari Pulau Kaledupa. Suku Bajo ini bisa menyelam tanpa alat bantu hingga kedalaman 20 meter selama 5 menit. Bahkan anak usia 3 tahun sudah berani terjun ke laut. Untuk memancing, Suku Bajo langsung terjun ke dasar laut untuk berburu ikan menggunakan tombak tradisional.
Di sisi selatan Pulau Wangi-Wangi ada Desa Liya Tago, yang merupakan daerah penghasil bahan baku makanan tradisional khas Wakatobi. Seperti singkong untuk bahan baku membuat Kasomi atau kedondong untuk membuat Parende atau sejenis sayur asam. Di desa ini wisatawan wajib mengenakan sarung dari kain tenun khas setempat.
Di Desa Liya Togo ada Benteng Liya Togo, bangunan megah dengan dinding batu karang yang direkatkan dengan putih telur. Di desa ini ada juga masjid tertua di Indonesia Timur, pemakaman kramat yang menyimpan kisah tragis, serta tradisi-tradisi luhur seperti adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga saat ini. Salah satunya tradisi memanen rumput laut dan mendayung sampan.
Sementara di Pulau Tomia ada Puncak Kahyangan yang disebut juga Puncak Tomia yang sangat indah. Puncak ini berupa bukit rumput yang menyajikan pemandangan spektakular Wakatobi dari ketinggian kurang lebih 250 meter di atas permukaan laut. Berjarak 30 menit dari Usuku di Tomia Timur. Lokasi ini menjadi tempat favorit fotografer mengabadikan keindahan matahari senja atau sunset. Wisatawan dapat menginap di area perbukitan untuk menikmati pemandangan langit berbintang, desa-desa di Pulau Tomia, garis pantai dengan hamparan pasir putih, serta pulau-pulau kecil seperti Lentea, Tolondano dan Binongko dari kejauhan.
Di Wakatobi, wisatawan juga bisa menikmati wisata goa dan kolam air tawar yang sayang untuk dilewatkan. Ada sekitar 12 goa yang tersebar di Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, dan Tomia. Salah satunya adalah Pemandian Alam Hendaopa di Desa Wawotimo, puncak Gunung Tomia. Pemandian ini sangat unik karena berbentuk goa yang masuk ke dalam tanah dengan sebuah kolam air tawar yang jernih dan cantik.
Wisatawan juga bisa mandi di kolam yang ada di Goa Kontamale, yang jaraknya sekitar 15 menit dari pusat Kota Wanci, Wangi-Wangi. Konon jika mandi di goa ini bagi yang masih single akan enteng jodoh. Goa ini disebut juga sebagai Goa Telaga, karena air yang berada di bibir goa menyerupai sebuah telaga. Kolamnya sebening kristal yang dinaungi ceruk-ceruk batu karang dan pojon rindang.
Di langit-langit goa terdapat stalagmite yang di beberapa bagiannya tertutup lumut karena proses natural beratus-ratus tahun. Air di goa ini jernih, sejuk dan memancarkan semburat warna biru yang berkilauan, terutama bila terkena cahaya matahari yang mengintip di sela-sela dedaunan. Masyarakat meyakini goa-goa kecil ini bersambung langsung hingga ke lautan.
Selain di kolam, wisatawan dapat menikmati jernihnya Danau Sombano, yaitu danau yang terbentuk di kawasan Hutan Mangrove, Pulau Kaledupa. Pulau Kaledupa memiliki keunikan berupa rongga-rongga karang di bagian dasar sehingga memungkinkan air dari laut mengalir masuk hingga ke bagian tengah pulau dan menciptakan danau-danau air laut.
Danau Sombano dikelilingi hutam bakau yang lebat, serta dapat ditemui berbagai jenis tanaman eksotis seperti anggrek dan aneka spesies pandan hutan. Ada juga udang merah darah yang dapat ditemui di atas perairan air payau yang bening, kontras dengan latar hijau alga yang tumbuh di dasar danau. Jangan tergoda untuk berenang di danau ini, karena masyarakat meyakini ada legenda buaya hitam besar.
Selanjutnya wisatawan dapat menjelajahi hutan sakral masyarakat Wakatobi, Hutan Lindung Tindui. Hutan ini dikeramatkan oleh masyarakat di empat desa, yaitu Desa Posalu, Desa Waginopo, Desa Tindoi dan Desa Tindoi Timur, di Kecamatan Wangi-Wangi. Hutan sakral yang berada di ketinggian 800 meter dari permukaan laut dan berjarak sekitar 10 km dari Kota Wanci, ditumbuhi tumbuhan khas hutan tropis yang eksotis dan menyejukan.
Memandangi gugusan bintang yang spektakular bisa dilakukan di kawasan Wakatobi, tepatnya di Desa Kulati, bagian timur Pulau Tomia. Di daerah yang sedikit berbukit akan terlihat panorama landscape laut biru yang dipadu tebing-tebing, pantai berbasir putih dan deretan pohon nyiur yang eksotis. Di malam hari, saat aliran listrik dipadamkan total, terlihat gugusan galaksi Bima Sakti dengan mata telanjang.
Bila menyukai petualangan darat, bisa mengunjungi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Area dengan luas 1.050 kilometer persegi diisi macam-macam vegetasi dari savana hingga hutaan mangrove. Ada juga berbagai jenis burung seperti elang, maleo, dan kakatua kecil jambul kuning. Bila datang di musim hujan, bisa melihat savana dengan latar belakang Gunung Watumohai. Malam hari bisa camping di atas perbukitan sambil memandangi hamparan bintang-bintang.
Di Wakatobi, wisatawan juga bisa menikamti air terjun Moramo. Air terjun dengan ketinggian 100 meter berupa air terjun berundak dengan lebih dari tujuh tingkatan utama dan 60 tingkatan kecil. Di air terjun ini wisatawan bisa berendam dan berenang di beberapa kolam alami yang dilandasi batuan granit. Pemandangannya luar biasa dengan warna-warna pelangi yang terpancar dari buih-buih air yang mengalir. Daerah batuan kapur menyebabkan dinding batu tidak licin karena sulit ditumbuhi lumut.
Untuk menuju Wakatobi, wisatawan bisa melakukan penerbangan ke Bandara Haluoleo, yang terletak di ibukota Sulawesi Tenggara, Kendari. Perjalanan selanjutnya dari Bandara Haluoleo menuju Bandara Matahora, Pulau Wangi-Wangi, ibukota Wakatobi, selama 50 menit. Di tahun 2009, ada penerbangan Susi Air dari Wakatobi-Kendari.
Tahun 2011, Bandara Matohara sudah dapat didarati pesawat Airbus A320 dan Boeing 737. Sejak tahun 2017, maskapai penerbangan Garudah Indonesia sudah membuka rute penerbangan Kendari – Wakatobi meggunakan armada ATR 72-600 berkapasitas 70 penumpang. Selain itu, Wings Air juga menjalani rute Makassar-Kendari-Wakatobi.
Ada juga penerbangan ke Bandara Maranggo milik PT Wakatobi Dive Resort, yang diterbangkan dari Denpasar ke Pulau Tomia, tetapi waiting list-nya hingga tiga tahun. (*)